source: |
Hayo siapa yang suka nonton
film di Bioskop? Siapa yang sering nonton di Bioskop bareng temen rame-rame,
siapa yang sering nonton Bioskop sendiri atau siapa yang sering nontonin gedung
Bioskop, lho? Hahaha. Nggak, nggak. Artikel gue kali ini nggak ngebahas tentang
kenapa lo nonton film sendiri, kenapa lo nonton bareng pacar, kenapa lo nonton bareng
pacarnya orang atau cara jitu ngegebet setelah nonton film. Gue kali ini mau
ngomongin hal yang sedikit ilmiah. Secara gue kemarin baru selesai memaparkan
berita tentang suara terompet yang datang dari langit, dong. Jelas, gue juga
mau ulas yang lebih ilmiah lagi. Alasannya cuma satu, biar gue terlihat kece.
Hahaha. Ups, ngaco. Oke, oke.
Oke, kali ini gue mau bahas
tentang dampak positif nonton film 3D. Wuih... kece, kan? Yoi, dong. Terus
kalau lo tanya ke gue, “Emang ada?” Ya... jelas ada dong. Semua alat atau benda
yang diciptain pasti punya fungsi dan kegunaannya, dong. Nggak mungkin juga
misal, Alex Grahambell ciptain telepon untuk ngulek cabe! Ya kale~ gagang
telepon buat ngulek cabe.
Asal lo, tahu, nih. Info penting
dan terampat penting ini gue dapet dari hasil studi Goldsmith University,
London, Inggris via CNN Indonesia. Hasil studinya bisa dibuktikan secara
ilmiha, lho. Buat yang nggak percaya monggo datang langsung ke kampusnya di
London. Kalau lo mau ke sana ajak gue, ya. Balik lagi topik. Jadi hasil riset tersebut
menyatakan bahwa kerja otak dapat ditingkatkan melalui film 3D.
Kok, bisa? Bisa, dong. Oke
jadi Mas Patrick Fagan dan Prof Brendan Walker melalui Thrill Laboratory melakukan
kajian yang mendalam, jek. Para peneliti
itu kemudian melakukan riset dengan mengambil sampel para penonton film 3D dan
para penonton film 2D.
source: www.showbizsandbox.com |
Dalam riset itu, para peneliti
melihat perubahan peningkatan kemampuan kognitif sebesar 23 persen setelah subjek
penelitian menonton film 3D. Selain itu, Reaction Time (RT) mereka juga
meningkat sebesar 11 persen dan kinerja otak para subjek membaik selama 20
menit setelah menonton film 3D. Sedangkan jika dibanding dengan penonton 2D, Peningkatan
Reaction Time (RT) pada subjek yang menonton film 3D ini lebih besar lima kali
dari pada subjek penonton 2D.
"Hasil ini lebih signifikan dari yang Anda kira," kata Fagan
"Hasil ini lebih signifikan dari yang Anda kira," kata Fagan
"Faktanya, orang-orang yang
hidup lebih lama, pasti akan mengalami penurunan nyata di fungsi kognitif pada
otak di usia tuanya, yang kemudian akan mengurangi kualitas hidup di masa
depan. Akan tetapi di zaman saat sekarang adalah saat yang tepat untuk mencari
bagaimana cara meningkatkan fungsi otak. Hasil awal pada studi ini
mengindikasikan bahwa film 3D berpontesi memiliki peran dalam melambatkan
penurunan itu," ujar Fagan menjelaskan lebih lanjut.
Fagan sendiri melakukan riset
penelitiannya menggunakan tes kognitif otak, sementara Walker menggunakan
headset untuk memonitor otak, dua alat ini lah yang menjadi sumber informasi
riset mereka terhadap penonton di Vue Cinema, London. Dengan hasil
penelitiannya itu, kini Fagan dan Walker percaya bahwa film 3D dapat digunakan
untuk meningkatkan kinerja dokter bedah dan pekerja sektor lain yang
mengharuskan fungsi kognitif otak superlatif seperti olahragawan.
Studi ini juga berhasil menemukan bahwa film 3D membuat penonton lebih larut dalam film ketimbang 2D. Terbukti keterlibatan para subjek meningkat sebanyak 7 persen. Sehingga dapat disimpulkan, bahwa menonton film 3D dapat mendorong otak untuk lebih memaksimalkan kinerjanya.
Studi ini juga berhasil menemukan bahwa film 3D membuat penonton lebih larut dalam film ketimbang 2D. Terbukti keterlibatan para subjek meningkat sebanyak 7 persen. Sehingga dapat disimpulkan, bahwa menonton film 3D dapat mendorong otak untuk lebih memaksimalkan kinerjanya.
Besok nonton film 3D, ah.