Sumber: http://www.sindotrijaya.com/program/detail/16/change-your-life |
Pagi ini nampaknya saya cukup
bergembira. Teman lama saya tiba-tiba mengirimkan artikel mengenai wirausaha
dari seorang guru besar UI sekaligus tokoh wirausaha nasional. Ya, dialah
Rhenald Kasali. Terus terang pada awalnya saya merasa sedikit skeptis mengenai
artikel ini, terlebih kepada teman saya yang ngirimkan artikel mengenai
wirausaha. Karena sebelumnya ia sudah terlalu sering mengirimkan berbagai
artikel mengenai bagaimana caranya membangun jati diri menjadi seorang wirausawan
atau bagaimana cara memunculkan ide berwirausaha atau menemukan hal-hal
tersembunyi di dalam diri untuk bisa dikembangkan sebagai modal berwirausaha,
yang tak kunjung ia lakukan. Dan, lagi-lagi saya hanya menemukan ia dalam
kegelisahannya. Kembali lagi saya hanya membalas pesan darinya dengan kata, “Do
it”. Dia sempat marah kepada saya, seakan apa yang saya balas meremehkan apa
yang ia sampaikan. Padahal, jika dipikir baik-baik saya justru sedang menantang
dia. Sejujurnya saya cukup bosan dengan rutinitasnya mengirimkan
artikel-artikel wirausaha itu. Lepas dari teman saya yang mungkin juga anda
alami dengan teman anda. Artikel yang ia share kepada saya hari ini, ternyata
cukup membuat saya membaca isinya sampai habis. Dan, mungkin andapun sepertinya
wajib membaca apa yang Rhenald katakan.
Diambil intisarinya dari
KOMPAS.COM – Rhenald Kasali menjelaskan pentingnya mencari Meaning ketimbang
Uang selagi muda. Menurutnya belakangan ini atau mungkin lebih tepatnya dari
dahulu, banyak orang muda yang telah lulus cenderung setengah mati dan saling
bekejar-kejaran untuk mencari kerja. Rata-rata mereka mengikuti seleksi menjadi
calon PNS, pegawai bank, konsultan IT, guru, dosen dan seterusnya. Seperti
kebanyakan kaum muda lainnya, menurut Rhenald, mereka semua didesak keluarga
agar cepat mendapat pekerjaan, membantu keuangan keluarga, dan menikah pada
waktunya. Cepat lulus, dan dapat pekerjaan yang penghasilannya bagus. Tak
sedikit di antara mereka yang beruntung bertemu orang-orang hebat, dari
perusahaan terkemuka, mendapatkan pelatihan di luar negeri, atau penempatan di
kota-kota besar dunia.
Tetapi semua itu akan berubah.
Sebab atasan yang menyenangkan tak selamanya duduk di sana. Sebab bisa jadi kursi
yang Anda miliki sekarang bisa berpindah ke tangan orang lain. Kaum muda akan
terus berdatangan dan ilmu-ilmu baru terus berkembang. Bulan madu karier pun
akan berakhir. Mereka akan tampak tua di mata kaum muda yang belakangan hadir. Sebagian
dari mereka juga ada yang menjadi wirausaha. Tidak sedikit yang tersihir oleh
kode-kode yang dikirim sejumlah orang tentang jurus-jurus cara cepat menjadi
kaya raya. Bisa saja mereka berhasil meraih banyak hal begitu cepat. Tetapi
benarkah mereka berhasil selama-lamanya?
Lalu, Rhenald menambahkan bahwa
Anda akan menemukan orang-orang yang dulu begitu ‘getol’ mencari uang, kini
justru tak mendapatkan uang. Di usia menjelang pensiun, semakin banyak orang
yang datang mengunjungi teman-teman lama sekadar untuk mendapatkan pinjaman.
Sebagian lagi hanya bisa sharing
senandung duka. Kontrak rumah dan uang kuliah anak yang belum dibayar, pasangan
yang pergi meninggalkan keluarga dan serangan penyakit bertubi-tubi. Padahal
dulu mereka begitu getol mengejar gaji besar, berpindah-pindah kerja demi
kenaikan pendapatan.
Sungguh sangat miris menurut
Rhenald ketika pada akhirnya sebagian dari kita hanya mengejar uang lalu
berharap posisi puncak dalam karier ketimbang meaning yang justru Rhenald katakan sebagai tujuan yang seharusnya
dicari. Selain itu dalam tulisannya, Rhenald mengutip sebuah nasihat yang
pernah disampaikan oleh Co-Founder
Apple: Guy Kawasaki kepada kaum muda ia pernah mengatakan begini:
“Kejarlah meaning. Jangan kejar karier demi uang. Sebab kalau kalian kejar
uang, kalian tidak dapat ‘meaning’,
dan akhirnya tak dapat uang juga. Kalau kalian kejar ‘meaning’ maka kalian akan mendapatkan position, dan tentu saja uang.”
Dan, perlu diketahui di
seluruh dunia pun, para pemimpin itu lahir dari kegigihannya membangun meaning, bukan mencari kerja. Dalam
kehidupan modern, itu pulalah jalan yang ditempuh para miliarder dunia. Mereka
bukanlah pengejar uang, melainkan pengejar mimpi-mimpi indah. Seperti yang
diceritakan oleh banyak eksekutif Jerman yang dulu menghabiskan waktu
berbulan-bulan kerja sosial di Afrika. "Tidak saya duga, apa yang saya
lakukan 20 tahun lalu itulah yang diperhatikan pemegang saham," ujar
mereka.
Rhenald menjadi ingat dengan
beberapa orang yang mencari kerja di tempatnya, baik di UI maupun di berbagai
aktivitas yang ia geluti. Ada yang benar-benar realistis, datang dengan gagasan
untuk membangun meaning dan ada yang
sudah tak sabaran mendapatkan gaji besar. Kelompok yang pertama, menurutnya
sekarang bisa ia sebutkan mereka berada di mana saja. Sebagian sudah menjadi
CEO, pemimpin pada berbagai organisasi dan tentu saja wirausaha yang hebat atau
Ph.D lulusan universitas terkemuka. Namun kelompok yang kedua, datang dengan
tawaran yang tinggi. Ya, mereka menilai diri jauh lebih tinggi dari kemampuan
mereka. Dan tak jarang ada yang diminta berhenti oleh keluarganya hanya
beberapa bulan setelah bekerja, demi mencari pekerjaan yang gajinya lebih
besar. Amatilah mereka yang baru menikah. Kalau bukan pasangannya, bisa jadi
orangtua atau mertua ikut mengubah arah hidup dan merekapun masuk dalam pusaran
itu.
Padahal menurut Rhenald, semua
orang tahu yang mengejar meaning itu menjalankan sesuatu yang mereka cintai dan
menimbulkan kebahagiaan. Dan, bahagia itu benih untuk meraih
keberhasilan. Orang yang mengejar gaji berpikir sebaliknya, kaya dulu, baru
bahagia. Dan, ini tumbuh subur kala orang dituntut lingkungannya untuk
mengkonsumsi jauh lebih besar dari pendapatan. Sebaliknya, mereka yang
membangun meaning, tahu persis, musuh utama mereka adalah konsumsi yang
melebihi pendapatannya.
Seorang pengusaha besar
mengatakan begini: “Uang itu memang tak punya mata, tetapi mempunyai penciuman.
Ia tak bisa dikejar, tapi datang tiada henti pada mereka yang meaning-nya
kuat.”
Meaning itu adalah cerita yang
melekat pada diri seseorang, yang menciptakan kepercayaan, reputasi, yang
akhirnya itulah yang bisa Anda sebut sebagai branding. Anda bisa mendapatkannya
bukan melalui jalan pintas atau lewat jalur cara cepat kaya. Meaning itu
dibangun dengan cara yang berbeda dari yang ditempuh pekerja biasa. Dari
terobosan-terobosan baru. Dan kadang, dari bimbingan orang-orang besar yang
memberikan contoh dan mainan baru. Ya, contoh dan mainan itulah yang perlu kita
cari, dan terobosan-terobosan yang kita lakukan kelak memberikan jalan terbuka.
Tutup Rhenald Kasali.
Lantas yang kemudian
selanjutnya Anda kejar apakah uang atau meaning?